RINGKASAN HASIL MONITORING PENGELOLAAN HCVF PT. SARI BUMI KUSUMA KAL-TENG
NKT 1.1 Kawasan yang mempunyai atau memberikan fungsi pendukung bagi kawasan lindung atau konservasi Realisasi pemeliharaan batas Buffer Zone Hutan lindung sebagai NKT 1.1 pada tahun 2011 adalah 90.518,01 meter dengan aktifitas kegiatanya antara lain penerbasan selebar 3 meter, perbaikan patok yang telah rusak, pengecatan dengan warna biru.
NKT 1.2 Spesies hampir punah Monitoring Satwa Liar Monitoring Orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) . Waktu Pelaksanaan: Pengamatan langsung pada 20 Januari s.d 13 Februari 2009 Pemasangan alat perekan (trap camera) Metode monitoring: Menggunkan metode transek dengan penempatan sistematis, jalur utara-selatan, Panjang transek 1000 meter jarak transek 100 meter, dalam satu petak terdapat 10 transek. Pemasangan alat perekan (trap camera) pada lokasi yang terindikasi terdapat bekas sarang orangutan. Lokasi monitoring: Bukit Selangit di dalam areal kelola zona A. Hasil Monitoring: Dari hasil pengamatan, didapatkan jumlah sarang 655 sarang/km2 kepadatan orangutan di daerah bukit Selangit adalah 3,63 individu/km2. (sumber: Laporan Analisis Kepadatan Orangutan, PT. Sari Bumi Kusuma). Hasil dari pemasangan trap camera, orangutan tertangkap kamera dua kali, pada pengamatan pertama April 2012 dan kedua Agustus tahun 2011.
Monitoring Rangkong Gading (Buceros vigil), Waktu Pelaksanaan: Desember 2010 s.d. Desember 2011 Metode monitoring: observation, metode ini digunakan dengan melakukan pengamatan secara visual maupun identifikasi melalui suara burung, metode observation dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan point count dan opportunistic observation. Lokasi monitoring: Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah dan di areal hutan Loged Over Area (LOA). Hasil Monitoring: Dari hasil penilitian didapatkan data bahwa jenis rangkong gading di lokasi pengamatan masih dapat dijumpai. (Sumber: Laporan Monitoring Keanekaragaman Jenis Burung, PT. Sari Bumi Kusuma Kal-Teng).
Katak Pipih (Burburulla kalimantanensis) Waktu Pelaksanaan: Juli s.d. Agustus 2011 Metode Monitoring: Menggunakan perangkap jebak atau pitfall trapping, Pengamatan dilakukan setiap hari dari pukul 08.00 s.d. 12.00 Lokasi Monitoring: KPPN daerah sungai sepilang 1 di km 54 cab. B Hasil Monitoring: Dari hasil monitoring ditemukan 77 jenis amfibi dan diantaranya adalah katak pipih (Burburulla kalimantanensis) dan 63 reptil (termasuk 21 spesies ular dan 42 spesies kadal). Pada saat proses identifikasi pada bulan mei 2008 oleh TNC, ditemukan juga didaerah sungai bahai, sungai posang dan sungai Sepilang 2.
Vegetasi Langka
Monitoring Tegakan Manggris (Kompasia exelsa ) Waktu Monitoring: Desember 2010 s.d januari 2011 Metode Monitoring : Sampel bertingkat (Nested Sampling) dengan luasan 6 ha, luasan masing-masing plot terdiri 1 ha Lokasi Monitoring: Blok RKT 2011 petak 13.QQ, 13.SS & 13.PP Hasil Pengamatan : Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa jumlah kepadatan per hektar adalah NKT 1.3 Kawasan yang merupakan habitat bagi populasi spesies yang terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu bertahan hidup. Untuk menjaga agar kawasan yang merupakan habitat bagi populasi yang terancam punah, perusahaan telah mengenclave dan tidak dilakukan produksi, bebrapa areal yang diinclave antara lain, Buffer kawasan Hutan Lindung dan Taman Nasional, Bukit Mentewang, Bukit Selangit dan Bukit Malai.
NKT 1.4 Kawasan yang merupakan habitat bagi spesies atau sekumpulan spesies yang digunakan secara temporer Monitoring Embung Air/Danau Pengelolaan embung air di PT. Sari Bumi Kusuma saat ini sudah mencapai luasan 219,23 ha, tersebar di seluruh areal konsesi. Monitoring Sepan/Salt Lick Perusahaan juga telah melakukan pengelolaan terhadap daerah sumber mineral bagi satwa, yaitu salt lick. Dari hasil identifikasi didapatkan 6 salt lick aktif yang masih digunakan.
NKT 2.1 Kawasan bentang alam luas yang memiliki kapasitas untuk menjaga proses dan dinamika ekologi secara alami PT. Sari Bumi Kusuma dalam kontek landskap Monitoring Kawasan Terhadap kebakaran dan terhadap pembalakan dan perambahan hutan
Pada dasarnya, kebakaran hutan merupakan penyalaan bahan-bahan organik kering dalam hutan. Tipe kebakaran dan akibat kerusakan yang terjadi sangat ditentukan oleh jumlah, kondisi dan penyebaran bahan-bahan yang potensial terbakar, kadar air bahan bakar, kecepatan angin, kondisi cuaca, kondisi topografi dan tipe penutupan tajuk. Kebakaran yang terjadi umumnya terjadi di permukaan tanah. Kebakaran di permukaan biasanya berlangsung cepat dan dibantu pergerakan angin. Kebakaran ini menghanguskan semua bahan bakar yang ada seperti pohon mati, seresah, alang-alang, dan tumbuhan bawah. Oleh karenanya perlu ada upaya untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran yang terjadi dan meminimalkan kerusakan yang ditimbulkan bahkan meniadakannya dengan tindakan-tindakan deteksi sedini mungkin melalui monitoring kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan di areal PT. Sari Bumi Kusuma Kalimantan Tengah.
Pengendalian terhadap pembalakan kayu secara liar merupakan kegiatan yang rutin dilakukan dengan cara sosialisasi dan patroli di dalam kawasan. Begitu juga dengan perambahan kawasan untuk perladangan masyarakat yang harus dibatasi agar tidak masuk dan membuka hutan yang masih alami.
NKT 2.2 Kawasan yang berisi dua atau lebih ekosistem dengan garis batas yang tidak terputus (berkesinambungan) Monitoring kawasan terhadap konsistensi areal yang tidak terputus permanen yang menghubungkan antara daerah bawah dan daerah atas
NKT 2.3. Kawasan yang berisi populasi dari perwakilan spesies alami Monitoring lokasi-lokasi tempat tinggal Orang utan (Pongo pigmaes wurmbii) Untuk memonitoring yang disinyalir menjadi tempat tinggal orangutan, perusahaan telah melakukan pemasangan kamera perekam (Trap Camera), agar dapat diketahui keberadaan yang sebenarnya. Kemudian perusahaan telah menetapkan lokasi-lokasi dibawah ini dikeluarkan dari rencana produksi, sehingga keberadaan orangutan tidak terganggu, berikut adalah tempat-tempat dimaksud;
NKT 4.1 Kawasan atau ekosistem penting sebagai Penyedia air dan pengendalian banjir bagi masyarakat Hilir. Monitoring Debit dan Kualitas Air Inlet (SPAS) SPAS dipasang untuk pengamatan ketinggian muka aliran (water level), fluktuasi permukaan air sungai, laju aliran pada ketinggian permukaan yang berbeda dalam rangka pengukuran debit aliran sungai dan suspensi. SPAS dibangun di Sub DAS RKT 1999 Petak 1.N, Sub DAS KPPN Km. 50, Sub DAS RKT 2008 Petak 10.D, Sub DAS RKT 2011 Petak 13.QQ dan 13.SS. Monitoring Debit dan Kualitas Air Outlet Pemantauan outlet sungai dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu pada bulan April dan November pada 5 sungai, yaitu; Senamang, Katingan, Seruyan, Posang, dan Makar, Darap. Dari hasil pemantauan dan uji laboratorium, kondisi air pada sungai-sungai tersebut tidak melampaui ambang batas kualitas air baku mutu III, sehingga layak (masih baik) untuk dikonsumi. Analisis air sungai dilakukan di laboratorium Universitas Tanjungpura.
NKT 4.2 Kawasan yang penting bagi pengendalian erosi dan sedimentasi Monitoring Erosi dan Sedimentasi Waktu Pengamatan : Untuk pengamatan TMA dilakukan satu bulan sekali Untuk pengamatan Suspensi dilakukan satu tahun sekali Lokasi Pengamatan : Virgin Forest, LOA tahun 1999 dan LOA tahun 2008 Metode Pengamatan : Pengukuran TMA dengan menggunakan AWLR Logger. Pengukuran Suspensi dengan menggunakan Suspended Sampler Hasil Pengamatan : Debit suspensi pada DTA 2008 secara signifikan memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan debit suspensi pada DTA 1999 dan hutan alam. Pembukaan dan pembalakan hutan telah mengakibatkan kenaikan jumlah tanah yang tererosi dan meningkatkan debit suspensi pada aliran sungai. Tingkat erosi tahunan pada DTA hutan alam, 1999 dan 2008 adalah 1,27 ton/ha; 1,37 ton/ha dan 2,34 ton/ha. DTA 2008 memiliki tingkat erosi yang paling tinggi, mencapai 1,84 kali dari tingkat erosi pada DTA hutan alam, sedangkan DTA 1999 memiliki tingkat erosi 1,07 kali dari hutan alam.
NKT 4.3 Kawasan yang berfungsi sebagai sekat alam untuk mencegah meluas kebakaran hutan dan lahan
Monitoring Kebakaran Dalam Kawasan Hutan. Perlindungan hutan secara intensif dilaksanakan oleh Satuan Tugas Pengamanan Hutan (SATPAMHUT), dan Satuan Tugas Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan (SATGAS DAMKARHUTLA). Kegiatan perlindungan hutan antara lain; monitoring kegiatan perambahan hutan dan illegal logging, patroli perburuan satwa, pemantauan serta pencegahan kebakaran hutan dan lahan, dll.
NKT 5. Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat lokal.
Monitoring pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat untuk tujuan pemenuhan;
Kegiatan perladangan berpindah masih merupakan aktivitas pokok dan terutama yang dilakukan oleh masyarakat tradisional di sekitar hutan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar utama mereka, yaitu kebutuhan akan pangan. Tahun ini dari luas ladang yang dibuat, masyarakat mampu menghasilkan kurang lebih 335,56 ton padi basah. (sumber: Laporan Monitoring Perladangan,2012)
Hingga purna tahun 2011 ini, pemanfaatan kayu masyarakat masih terbatas pada produksi bahan dasar bangunan, yaitu dalam bentuk balok, papan, kasau, reng, dan atap sirap. Hasil olahan tersebut sebagian besar didominasi oleh kayu dari jenis ulin dengan volume total sebesar 274.16 m3 atau sebesar 66.15 % dari total produksi tahun 2011, yaitu sebesar 414.99 m3. Sedangkan bentuk olahan yang banyak dihasilkan adalah balok yang mencapai volume 228.51 m3 yang terdiri dari kayu ulin (205.96 m3), dan meranti (21.75 m3). (Sumber: Laporan Pemanfaatan Kayuoleh Masyarakat di Sekitar PT. Sari Bumi Kusuma,2012)
Pada tahun 2011, usaha pemanfaatan rotan oleh masyarakat di sekitar kawasan IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma – Kalimantan Tengah dilakukan di 3 desa, yaitu; Desa Tanjung Paku, Kiham Batang, dan Rangan Kawit. Adapun volume pemanfaatan dalam 1 tahun mencapai jumlah total 33.850 Kg yang terdiri dari 150 Kg (berat tersebut merupakan konversi dari 7 buah lanjung, 1 buah lanjung= 15 Kg), 24.990 Kg rotan basah, dan 8.710 Kg rotan kering. Berdasarkan hasil data tersebut, secara ekonomis hasil produksi hutan bukan kayu telah memberikan keuntungan ekonomis sebesar Rp. 101,580,000 kepada masyarakat yang melakukan kegiatan pemanfaatan. (Sumber: Laporan Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Masyarakat di Sekitar PT. Sari Bumi Kusuma,2012)
NKT 6 Kawasan yang mempunyai fungsi penting untuk identitas budaya tradisional komunitas lokal
Monitoring Identitas Budaya Masyarakat Sejak tahun 2009, identifikasi situs budaya yang berada di luar areal kelola produksi telah dilakukan dan sampai saat ini terdapat 28 situs aktif. Untuk situs-situs adat yang berada di dalam rencana blok RKT, dalam proses ITSP kegiatan enclave juga telah dilakukan. Berikut daftar situs yang berada di dalam dan di sekitar areal konsesi PT. Sari Bumi Kusuma :
|